Pembuangan minyak bekas goreng atau minyak jelantah secara sembarangan akan berdampak buruk pada lingkungan. Bahaya yang ditimbulkan mulai dari pencemaran pada tanah, merusak ekosistem perairan, berdampak pada kesehatan manusia dan lainnya.
Bersama kelompok KKN-nya yang berjumlah sepuluh orang Labitta Anjani Mustikarini, mahasiswa Manajemen dan semester 7 UPN 'Veteran' Yogyakarta (UPNV YK) kelompok 88 ini mencoba memasukkan inovasi pengolahan minyak jelantah ke dalam program kerjanya.
Di salah satu program kerja KKN, kelompok 88 mengundang narasumber yang sudah terlebih dahulu mendapatkan pelatihan cara mengolah minyak jelantah menjadi sabun pencuci baju. Ilmu ini kemudian dibagikan kepada warga lainnya.
Berawal dari langkah kecil ini diharapkan pembuangan minyak jelantah secara sembarangan bisa ditekan. Bahkan minyak jelantah bisa diolah menjadi produk yang bermanfaat.
Mengolah minyak jelantah tidak membutuhkan biaya yang mahal, cukup dengan modal Rp16.000 saja, sudah bisa menghasilkan 12 pcs sabun pencuci baju yang bisa membersihkan noda membandel.
"Alasan kami mengajak warga mengolah minyak jelantah karena minyak jelantah ini tidak bisa dibuang sembarangan. Seperti tidak boleh dibuang ke tanah karena akan merusak kesuburan tanah, dan tidak boleh dibuang ke air karena akan menyumbat saluran," ucapnya.
Secara rinci dia menjelaskan, modal Rp16.000 ini digunakan untuk mengumpulkan bahan yang diperlukan yakni setengah liter minyak jelantah Rp3.000, 82 gram soda api Rp3.500, baskom plastik Rp5.000, alat pengaduk Rp1.500, cetakan Rp3.000.
"Jadi dengan modal Rp16.000 sudah bisa menghasilkan 12 pcs sabun cuci baju. Tidak hanya menekan pembuangan pembuangan minyak jelantah sembarangan, namun bisa menghasilkan produk yang bermanfaat."
Cara mengolahnya juga tidak sulit. Dimulai dengan merendam minyak jelantah dengan arang selama satu malam, kemudian disaring untuk membuang remah-remah kotoran dari minyak jelantah. Masukkan air 170 ml ke dalam baskom dan juga 82 gram soda api, diaduk sampai larut dan dingin.
Kemudian 450 ml minyak jelantah dimasukkan, diaduk sampai hampir kental. Setelah itu tinggal dituang ke cetakan dan diamkan hingga mengeras. Lalu lepas dari cetakan dan sabun cuci dari minyak goreng ini bisa digunakan selama dua minggu.
Pemanfaatan minyak jelantah ini memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Tidak perlu lagi membeli sabun cuci karena sudah bisa memproduksi sendiri. Kemandirian ini menjadikan masyarakat bisa menekan pengeluaran untuk belanja.
"Kami mengundang narasumber dari kampung Suronatan, Ngampilan. Beliau salah satu pengurus di bank sampah Suronatan. Pembicara pada program pelatihan pembuatan sabun dari minyak jelantah ini mendapatkan inovasi dari pelatihan yang diadakan dari kelurahan, kemudian ditularkan kepada kami dan warga lainnya," paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, salah satu alasan kelompoknya memilih inovasi minyak jelantah ini karena ingin membuat sesuatu yang tak bernilai menjadi punya manfaatkan bagi masyarakat. Tidak hanya manfaat untuk lingkungan, namun juga ekonomi.
Kami berharap inovasi ini masih terus diaplikasikan masyarakat meski kami sudah tidak KKN lagi di Dondong, Saptosari. "Mengurangi pengeluaran rumah tangga sehingga tidak perlu beli sabun lagi."
Menurutnya di dukuh Dondong ada sekitar 21 orang yang terlibat dalam pembuatan inovasi ini. Dia bersama kelompok KKN-nya ambil peran dengan memberikan edukasi ke masyarakat terkait manfaat dari minyak jelantah.
"Mengedukasikan kepada warga bahwa minyak jelantah dapat diolah menjadi sabun cuci baju penghilang noda serta memberikan pengetahuan pentingnya mengurangi limbah rumah tangga," jelasnya.
Ditargetkan inovasi ini akan diaplikasikan oleh ibu-ibu rumah tangga. Selama ini minyak jelantah hanya dianggap sesuatu yang tidak bermanfaat. Sehingga mereka kami ajak untuk saling belajar. "Targetnya untuk ibu-ibu rumah tangga yang memiliki limbah minyak jelantah.
Labitta menyebut KKN menjadi sebuah pengalaman yang berharga, terjun langsung ke masyarakat dan saling belajar. Mencari masalah yang ada di masyarakat, mencari potensi lalu cari jalan keluar dan mengembangkannya. Masyarakat juga perlu dilibatkan sehingga berbagai program dan inovasi sifatnya berkelanjutan